Cedera Otot Saat Olahraga

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini kami membahas “factor penyebab cedera”, suatu permasalahan yang selalu dialami bagi pelajar.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah yang sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan mamfaat.
Dalam proses pendalaman materi proses belajar mengajar, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya saya sampaikan :
Abdul Kadir Ateng. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta:
Depdikbud.
Aip Syarifudin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Jakarta: Depdikbud.


Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,

Bandung, 20 juni 2010
Penyusun’

Heri susanto
0805105155



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………..

BAB I : PENDAHULUAN……………………………………………………………………..
A.LATAR BELAKANG


BAB II :PEMBAHASAN………………………………………… A.Cedera Otot Saat Olahraga B. Cedera pada Olahraga C. Penanganan cedera dengan rehabiltasi medik D. Pemanasan dan pendinginan sama pentingnya dengan permainan


BAB III : Kesimpulan……………………………………………………………………………
Penjelasan…………………………………………………………………………….




DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN



A.LATAR BELAKANG
Olahraga memang baik bagi kesehatan. Namun, ada baiknya Anda perhatikan porsi olahraga itu sendiri. Bila dilakukan tanpa pemanasan, misalnya, olahraga dapat menyebabkan cedera. Meski rutin berolahraga dan merasakan manfaatnya, sebaiknya Anda jangan mengabaikan keselamatan dan keamanannya. Berikut ini, beberapa cara menghindari cedera atau sakit saat berolahraga:

1. Cari tahu risiko apa saja yang mungkin timbul dalam olahraga yang Anda pilih.

2. Selalu gunakan perlengkapan keselamatan yang dianjurkan untuk olahraga tertentu, seperti helm atau bantalan lutut untuk olahraga bersepeda atau sepatu roda. Cari tahu kegunaan dan cara menggunakan peralatan penunjang keselamatan olahraga tersebut.

3. Pelajari lebih dulu olahraga tersebut dengan melihat orang lain melakukannya. Setelah itu, praktikkan bersama orang yang benar-benar berpengalaman dalam olahraga tersebut.

4. Mulailah berolahraga secara perlahan-lahan, kemudian tingkatkan intensitas secara bertahap.

5. Perhatikan perubahan atau reaksi tubuh saat memulai olahraga baru atau saat meningkatkan intensitas aktivitas fisik. Jika terjadi sesuatu yang mencurigakan, segera hentikan aktivitas atau hubungi dokter.

BAB II
PEMBAHASAN

A.Cedera Otot Saat Olahraga
Dalam melakukan kegiatan berolahraga sering terjadi cedera bila tidak melakukan pemanasan, peregangan, stretching, beban berlebih atau tidak melakukan gerakan dengan benar.
Namun, dengan diagnosis yang tepat, penanggulangan yang benar dan cepat serta adekuat cedera dapat diatasi sehingga aktivitas secara bertahap dapat dilakukan. Demikian paling tidak pendapat yang disampaikan oleh dokter olahraga dari FKUI Dr. Ira Linasari dan Dr. Imran Agus Nurali Cedera dapat mengenai otot, ligamen, maupun tulang. Cedera yang paling sering terjadi adalah strain (cedera otot) dan sprain (cedera ligamen).

Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading). Pada cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi.

Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada bagian otot yang mengaku. Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan.

Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak. Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda perdarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan.

Sedang cedera sprain adalah cedera pada ligamen di sekitar persendian tulang yang dibentuk oleh permukaan tulang rawan sendi yang membungkus tulang-tulang yang berdampingan. Kerusakan serat ligamen sering dibarengi oleh perdarahan yang menyebar di sekeliling jaringan dan terlihat sebagai memar.

Sebagai penyebabnya adalah persendian tulang dipaksa melakukan suatu gerak yang melebihi jelajah sendi atau range of movement normalnya. Trauma langsung ke persendian tulang, yang menyebabkan persendian bergeser ke posisi persendian yang tidak dapat bergerak.

Memar, bengkak di sekitar persendian tulang yang terkena cedera, termasuk perubahan warna kulit. Terjadi haemarthrosis atau perdarahan sendi. Nyeri pada persendian tulang, nyeri bila anggota badan digerakkan atau diberi beban, fungsi persendian terganggu, terjadi kekakuan sendi, ketidakstabilan persendian tergantung jenis cederanya.

Terapi yang harus dilakukan adalah rest atau istirahat, ice atau mendinginkan area cedera, compression atau balut bagian yang cedera, elevasi atau meninggikan, dan membebaskan dari beban.

Jika nyeri dan bengkak berkurang 48 jam setelah cedera, gerakkan persendian tulang ke seluruh arah. Hindari tekanan pada daerah cedera sampai nyeri hilang (biasanya 7 sampai 10 hari untuk cedera ringan dan 3 sampai 5 minggu untuk cedera berat). Jika dibutuhkan, gunakan tongkat penopang ketika berjalan.

Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan aktivitas olahraga memakai sepatu yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas. Selalu melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik, serta latihan yang tidak berlebihan.

Cedera dapat terjadi pada setiap orang yang melakukan olahraga dengan jenis yang paling sering adalah strain dan sprain dengan derajat dari yang ringan sampai berat. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai. (keluargasehat.com - idionline)
B. Cedera pada Olahraga
Cedera yang mungkin terjadi
Untuk pemain futsal yang baru mulai, sering mengalami cedera karena kurangnya pemanasan. Salah satunya adalah dengan istilah kedokterannya “Plantar fascitis”. Plantar fascitis adalah pembengkakan dengan rasa nyeri karena adanya suatu robekan kecil pada otot plantar fascia yang terjadi karena penggunaan berlebihan atau tarikan berulang plantar fascia. Keadaan ini menyebabkan rasa nyeri di bawah telapak kaki bagian belakang dekat tumit. Hal ini disebabkan karena gerakan berulang-ulang yang menyebabkan regangan tiba-tiba. Selain kurangnya pemanasan juga disebabkan berlari di lapangan yang keras seperti lapangan futsal.

Cedera kedua yang mungkin terjadi adalah “tendenitis achiles”. Gejala yang dirasakan adalah rasa nyeri pada urat daging yang membentang dari otot betis ke tumit terutama pada pagi hari. Tendinitis Achiles disebabkan oleh karena penggunaan berlebihan pada otot kaki, permukaan lapangan yang keras, sepatu yang tak tepat (terlalu sempit), sudah lama tak latihan fisik dan penyakit rematik.
Cedera ketiga adalah “ strain” atau “pegel-pegel”. Mulai dari yang ringan hingga yang berat. Cedera ini disebabkan karena latihan/gerakan berlebihan pada otot tertentu.
Pada futsal sama seperti pada olah raga sepak bola, seringkali sewaktu pemain sedang menendang bola, pemain lawan juga ingin menendang bola sehingga gerakan kaki yang sudah diukur bisa lebih dari yang diharapkan karena benturan kaki lawan sehingga bisa menimbulkan yang namanya overstreching. Juga karena lapangan yang licin bisa menyebabkan overstretching (terlalu meregang) karena terpeleset.
Cedera yang agak berat adalah “ankle sprain”, cedera ini bisa terjadi karena “tekelan” dari lawan main atau sewaktu pemain ingin menendang bola tetapi kurang menaikkan kakinya sehingga sisi luar telapak kaki menggerus lantai lapangan. Sering awam menyebutnya cedera ini sebagai “sakit engkel”. Gejalanya bisa ringan maupun berat, mulai dari rasa sakit sewaktu berjalan hingga pembengkakan.
C. Penanganan cedera dengan rehabiltasi medik
Penanganan cedera dengan rehabilitasi medik terbagi berdasarkan perkembangan cedera yaitu :
1. Stadium Akut, adanya pembengkakan dan nyeri akibat pembengkakan. Bertujuan untuk mengatasi pembengkakan, edema yaitu dengan immobilisasi (tidak bergerak), kompres es, obat-obatan dan terapi modalitas lain. Dapat dimulai latihan gerak yang terbatas dan hati-hati.
2. Stadium Sub-Akut, pembengkakan berkurang. Nyeri akibat regangan jaringan ikat. Bertujuan mengurangi perlengketan dan kontraktur yaitu dengan cara latihan gerak aktif perlahan-lahan, intensitas bertambah secara bertahap.
3. Stadium Kronik, inflamasi/pembengkakan hilang. Nyeri bukan akibat regangan jaringan ikat. Bertujuan untuk pemulihan fungsi yaitu dengan latihan peregangan, penguatan otot dan latihan gerak fungsi secara bertahap.
D. Pemanasan dan pendinginan sama pentingnya dengan permainan
Untuk menghindari cedera otot bagi pemain futsal penting untuk melakukan pemanasan, peregangan sebelum permainan dan juga pendinginan setelah permainan.

Pemanasan khususnya pada daerah kaki sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah terjadinya cedera. Gerakan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera.
Pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan dihentikan. Misalnya dengan lari-lari kecil. Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala. Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.
Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik. Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.

BAB III
KESIMPULAN

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan CEDERA Tekanan yang terus-menerus dan pemakaian yang berlebihan ketika melakukan aktifitas yang sama dapat menyebabkan tendon beradu dengan tulang. Kerobekan pada tendon rotator cuff sering terjadi pada orang-orang yang berumur sekitar 40 tahun atau lebih kerena mengalami kemunduran karena tekanan-tekanan kerja dan aktifitas setiap hari, terutama pada aktifitas yang menghuruskan lengan bergerak elevasi. Tendon rotator cuff pada orang yang mempunyai bahu yang tidak stabil dapat terselip di antara caput humeri dengan acromion (tulang yang berada di atas tendon) dan akhirnya mengalami kerobekan. Dan kadang kala, perbedaan yang alami pada bangunan sendi bahu menyebabkan pemakaian yang abnormal pada tendon yang bisa menyebabkan kerobekan.

DAFTAR ISI

Abdul Kadir Ateng. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta:
Depdikbud.
Aip Syarifudin dan Muhadi. 1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Jakarta: Depdikbud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan lupa komen ya,,,